Inside Me, Who Knows?

Seting: dano, malam hari, tgl 5 maret 5-6 tahu lalu
Kanou n Sato, yang mau ikut PM saye~
anggep ni nightmer wik ke 2


==========================================================

"Sato.. kenapa tak menyerah saja?"
"Ayo, kau sudah muak denganku bukan?"
"Lalu kenapa kau tidak tusukan saja pedang mu itu ke tubuhmu?"
"Dan aku akan mati bersamamu, tch.. kau akan bebas"
"Yah, aku juga mau keluar dari tubuh ini"

Sato berdiri ditengan sebuah danau, memegang katana dalam posisi siaga.. Matanya kosong. Perlahan ia menggerakan katananya, ke sisi lehernya. Katana itu melukai lehernya, menyayatnya sdikit. Darah merah menetes menyusuti bilah katana itu.. Saat itu pula, tangannya bergetar

"ti...dak..." gumamnya, "aku.. tidak.. mau".. Desisnya pelan

"kenapa? bukankah kau sudah membunuh mereka? orang tua 'kita'?"
"Kenapa kau ragu?"

"bukan.. bukan aku yang membunuh Ayah dan Ibu.."Liriknya ke dalam dojo, terbaring dua orang di sana, hanya seperti tidur.. dengan pucat dan basah
"kau.. kau yang membunuhnya Sato!"

"sudah kubilang! bukan aku! tapi.. kau.. kau yang membunuh mereka!!" Sato menegyunkan pedang ke hadapannya menebas sesuatu yang tak ada.

"hahahaha.. bukankah aku telah membantumu? aku! aku yang memusnahkan mereka agar kau tidak menderita! suatu saat mereka akan berbuat sama!!"

Sato berjalan cepat dan terus mengayunkan pedang ke sekelilingnya
"Kenapa mengindar hah?! Mereka.. bukan kedua orang brengsek itu! Tidak kah kau lihat?!" Raut mukanya menjadi serius
"untuk inikah kau membunuh mereka? agar aku dan kau terlepas? atau agar tubuh ini menderita?!"

"Sampai kapanpun kau mencoba.. aku tidak akan mati... kalau aku mati... maka kau juga mati!"

sato sato ayolah.. jangan biarkan dia menguasai dirimu untuk yang kesekian kalinya..ia mengutkan diri

.........

"apa? dia sudah pergi?" tanya Sato pada dirinya sendiri.
"TEntu saja belum!! aku tidak akan pergi.. aku akan terus mengawasimu"

"SIAL!! pergi kau!!" teriaknya sambil memegang kepalanya..

sudah pergi, dia sudah pergi. apa yang harus kulakukan? aku tak dapat selamanya sperti ini.. Sato meringkuk dengan memegang pedang di tangannya, saat sebuah bola hitam kecil datang.
Riak mata Sato sayu, memendung semua air mata yang enggan ditumpahkannya.

"mungkinkah aku kati saja? Agar tidak ada orang yang terbunuh lagi?" gumamnya pada dirinya sendiri. Ia berdiri dan mengarahkan katananya ke leher.

"the sorrow of night will watching me every time, i don't heve place that can hide me, i have to shown my self and show to others that i could have a plece" gumamnya, "mungkin aku tidak harus mati"

DEG!! DEG!!

Shot! Getaran yang menandakan bahwa ada 'teman' di sekitar situ membangunkan Tsubasa dari lamunan panjangnya dalam mobil.

"Sebastian, berhenti sebentar!" ujar Tsubasa. Sebastian mengikuti perintahnya. Gelap. Tetapi Tsubasa tahu pasti dimana 'teman' itu.

"Terpencil sekali..." gumamnya. "Ukh, bau darah!"

Refleks, Tsubasa menutup hidungnya. Ia benci bau darah. Hmm...? Dikejauhan, tampak sebuah figur kecil yang meringkuk dan menggumam tidak jelas.

"Siapa dia..." pikir Tsubasa bingung.
"Hei, kau tak apa?" tanya Tsubasa pelan, menepuk pundak orang itu.

oot: ga da darah non~ :: masa berkabung~ lanjut ajalah

---

"Hei, kau tak apa?" sebuah suara asing terdengar, Sato yang berada di pinggir danau bergidik

Siapa yang berani ke sini?gumamnya. Ia menoleh, seorang anak laki-laki berdiri di sana dan menepuk pundak Sato. Refleks, ia mengayunkan pedangnya dengan dingin, dan seakan menantang anak itu

"Siapa kau?" tanyanya.

oot : dijalan bu~
btw, pendek, saya kebelet pengen ke wc X3
===
IT:

"Siapa kau?" gadis itu merespon, sambil menghunuskan pedang.
"Ah? Aku? Namaku Tsubasa." ujar Tsubasa, tersenyum santai, "Kau sendiri?"

oot: pendek bgt~ ::

---

"Ah? Aku? Namaku Tsubasa" jawabnya. Sato memantapkan katananya. Anak itu terlihat santai meski terlihat agak risih karena sesuatu. Ia menghela nafas lalu menyarungkan lagi katananya.

"Pergilah dari sini, kau takkan mau tahu apa yang sudah dan akan terjadi."Sato melangkah ke dalam rumah yang juga dojo itu.

"Pergilah dari sini, kau takkan mau tahu apa yang sudah dan akan terjadi."

"Hey, are you some kind of mind reader or what?" jawab Tsubasa riang. "Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku tidak suka sesuatu yang merepotkan, Shurakuro Satoshi?"

Tsubasa memasukkan tangannya ke kantong jaket sleevelessnya, menyalakan iPodnya, dan memasang headset yang sedari tadi tercantol di lehernya. Hm? Gadis itu pergi? Well, ada baiknya jika Tsubasa mengikutinya. Tsubasa melangkah menjajari gadis itu.

"Tidak kah kau bertanya-tanya akan sesuatu?" tanya Tsubasa, tersenyum lagi.

"Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku tidak suka sesuatu yang merepotkan, Shurakuro Satoshi?"

Sato menoleh ke samping melihat curiga pada anak itu. "Dari mana kau tahu namaku?". Wajah sato berubah parau dan memucat, ia menjauh sedikit dari Tsubasa. "Jangan-jangan... kau.. salah satu dari mereka ?"

Sato memandang anak itu, wajahnya agak terlihat angkuh saat memasang sesuatu di telinganya. Tangan sato sudah memegang katana yang ia pegang di tangan kiri.

"Dari mana kau tahu namaku?"
"Jangan-jangan... kau.. salah satu dari mereka ?"

"Why i shouldn't know? I'm your classmate, miss." ujar Tsubasa santai, tertawa lepas. "Cobalah untuk bergaul sedikit dengan yang lain, nona. Aku selalu melihatmu hanya duduk diam dan begumam di pojok kelas..." ujar Tsubasa, senyum lancip kembali menghiasi wajahnya.

"Siapa 'mereka' yang kau maksud?" tanya Tsubasa lagi.

==
oot : gremer ancur, ngantuk =9

oot: oh kalo ngatuk tdr aja

---

Why i shouldn't know? I'm your classmate, miss."

"maaf, aku hanya tak terlalu suka bergaul dengan half hearted friend, itu kata kerennya. "kata sato, "kukira kau... mereka.." katanya lagi.

"Siapa 'mereka' yang kau maksud?" tanya Tsubasa lagi

"Kalau kau mengerti kehidupanku kau akan tau" senyumnya sinis "Mereka.. intel atau polisi atau apalah.. yang jelas mereka mengejarku karena kejadian 'itu' ''

"Can you see them? Those bodies that laid over there" tunjukknya "why'd they laying there? Because of me.. could yoou realized it?" Sat memicingkan matanya.

OOT : ajibh, artinya paan tuh? ==

===
IT:

"Kalau kau mengerti kehidupanku kau akan tau" senyumnya sinis "Mereka.. intel atau polisi atau apalah.. yang jelas mereka mengejarku karena kejadian 'itu' ''

"Can you see them? Those bodies that laid over there" tunjukknya "why'd they laying there? Because of me.. could you realized it?" Sat memicingkan matanya.

"Humh. I know you've got that 'ability'." ujar Tsubasa. "Water and Dark, huh? So this is why this area is so dark?"

Triiit.
"Humh? Wait a sec." ujar Tsubasa pada Sato. "Yeah Bastian, I know, just go get father, I can go home alone."

"Eh? Tadi sudah sampai mana?" tanya Tsubasa, sekali lagi senyum tipis lancip itu menghiasi wajahnya.

oot: nggak tau pasti :: btw jadi igirisujin gini ==


"see.. you underestimate me, mister Tsubasa" kata sato pelan "how'd you knoew that i am a user?" Sato melirik ipod itu. (waa mau)

"apa kau tahu dari alat kecil kotak itu?" tanyanya.

Tsubasa hanya tersenyum dengan senyuman tipisnya. "Sometimes i really hate people that smiling" gumamnya "kenapa tiap manusia bisa tersenyum sementara yang lain tidak mampu?". Sato bersiap mengeluarkan katananya.

"want to kill him my dear?"

"see.. you underestimate me, mister Tsubasa" kata sato pelan "how'd you knoew that i am a user?"
"apa kau tahu dari alat kecil kotak itu?"

"Alat kecil kotak....?" tanya Tsubasa bingung, menelengkan kepalanya. "Oh? Ini?" tanya Tsubasa, menunjuk iPodnya. "This is gadget to listen to music, miss. No offense. "

"Sometimes i really hate people that smiling" gumamnya "kenapa tiap manusia bisa tersenyum sementara yang lain tidak mampu?".

"This is my bad habit, i think." kata Tsubasa, berusaha untuk tidak menampakkan senyum tipis lancipnya. "It's more fun to smile that sulking like hell, miss." ucap Tsubasa, menampakkan kembali senyum lancip khasnya itu.

Alat kecil kotak....?" tanya Tsubasa bingung, menelengkan kepalanya. "Oh? Ini?" tanya Tsubasa, menunjuk iPodnya. "This is gadget to listen to music, miss. No offense. "
Sato hanya mentap biasa pada alat itu, sesuatu yang jarang dilihatnya.

"It's more fun to smile that sulking like hell, missfunny

DEG
"let me finish this brat for you 'kay?"

"Tidak, tidak lagi Shura.. bukan waktumu untuk ikut campur" kata Sato pada dirinya sendiri.

"biarlah kalau itu sudah jadi kebiasaanmu.."Sato memaksakan tersenyum saat tangannya bergerak mengeluarkan katana itu.

"Kusso..''

oot : ga ngerti w maksudnya 'melepas katana' ==a

===
IT:

"biarlah kalau itu sudah jadi kebiasaanmu.."
"Kusso..''

"What? Whoaa!" Tsubasa berkelit cepat, menghindari tebasan katana yang diayunkan gadis itu. Jika terlambat sedetik saja, Ia mungkin sudah melayang-layang di pintu surga.

"Hey, what's my fault miss!!" ujar Tsubasa, sambil menghindari tebasan demi tebasan. Tsubasa sudah terlihat seperti breakdancer professional yang bisa memainkan DDR Advance dan selalu dapat AAA plus.

oot: aaa +!!! ga percaya

"Ayolah Shura diam dan jangan ikut campur!" bentaknya, namun tak ada suara yang keluar. Badannya tetap bergerak menyerang Tsubasa dengan cepat, apalagi kini ia pengguna kekuatan, badannya lebih ringan.

Mata Sato mengrenyit seakan menyruh tsubasa pergi. "Leave, Tsubasa" desisnya..

"Look! I win again Satoshi"
Damare na.. please just shut up and gone
Sato terengah, tubuhnya menggigil dan berkeringat dingin.

"Leave, Tsubasa"

"Wow, oh, yeah, i can't leave, woah, a girl, woah, woah, struggle with her mind, arghh, alo... ne..." Tsubasa tertebas katana itu. Seketika, sleeveless jacket putihnya berlumuran darah. Shit! Darah. Mata Tsubasa mulai ngegeliyeng dan berkunang-kunang.

"No... matter... what kind of... man I'm, I really... can't leave a girl... struggle, alo....ne..." ujarnya, meringis menahan sakit. "Please win, Satoshi-san." ujar Tsubasa.

CRAT
Tsubasa berlumuran darah, Sato hanya terus bergerak tanapa bisa mengendalikan dirinya. Tsubasa hanya mengelak terus dan tidak pergi.

"No... matter... what kind of... man I'm, I really... can't leave a girl... struggle, alo....ne..." ujarnya, meringis menahan sakit. "Please win, Satoshi-san."

Laki-laki..Sato memicingkan matanya, dn berusaha keras berkata "Kenapa?! Tiap laki-laki selalu mempertahankan ego yang memuakkan itu?!" kata Sato sekuat tenaga. Katana yang berdarah itu jatuh, saat sato mematung. Darah Tsubasa memercik di lengan dan bajunya.

"Sial.." Sato menunduk "maafkan aku.." katanya lagi. "Please, you are not supposed to be here, Kanou-san" Sato mengulurkan tangannya ke Tsubasa yang terduduk. "Kumohon, pergilah.. Aku tak tahu kapan ia akan keluar lagi.."

"Kenapa?! Tiap laki-laki selalu mempertahankan ego yang memuakkan itu?!"

"This is not ego. Ahah, even i dunno what 'ego' means..." gumam Tsubasa, matanya kabur. 'Okay, Tsubasa, hold on, don't do anything, don't unleash your ability. Not. Now' pikirnya, berusaha menahan kekuatannya sendiri.

"Please, you are not supposed to be here, Kanou-san" Sato mengulurkan tangannya ke Tsubasa yang terduduk. "Kumohon, pergilah.. Aku tak tahu kapan ia akan keluar lagi.."

"That's why I'm here, i wanna support you." kata Tsubasa, tersenyum lancip lagi diantara kesakitannya.

oot: pendek

---

Tsubasa terlihat pucat dan sempoyongan, dibalik rasa sakit yang mungkin dirasakannya ia masih sempat tersenyum. Entah kenapa Sato agak benci liata orang senyum.

"Kau sungguh menyebalkan ya?"tanya Sato lagi masih mengulurkan tangannya.
"Setidaknya kalau kau tak mau pergi, bersihkan lukamu itu dulu.. tch merepotkan" desis Sato

"Kau sungguh menyebalkan ya?"tanya Sato lagi masih mengulurkan tangannya.
"Setidaknya kalau kau tak mau pergi, bersihkan lukamu itu dulu.. tch merepotkan" desis Sato

"Ahaha, tentu saja, mudah kok." Tsubasa menyentuhkan tangannya pada lukanya itu. Srett, perlahan-lahan, luka itu menutup. "Not i feel much better."

"Sudah sampai mana tadi?" tanya Tsubasa, tersenyum lancip lagi.

oot: adoo siggy wa jadi ga enak gitu

---

"Jadi itu kekuatanmu.." kata Sato saat luka itu sembuh. Ia menurunkan tangannya lalu berbalik dan memasukkan katananya lagi.

"Hm? Nan? hehehe lain kali aku akan menghabisinya"
Sudah cukup Shura, tak ada lain kalibatinnya.

"Kanou, pergilah dari sini" Sato melangkah lagi. Ia memandangi tangannya yang berlumuran darah lalu sejenak, darah itu beku dan jatuh begitu saja.

"Kanou, pergilah dari sini"

"Kenapa harus pergi? Tempat ini indah, kok. Coba saja hentikan kekuatanmu. Bulan purnama sedang bersinar dengan indah di langit. Aku melihatnya dalam perjalanan pulang tadi." dengan ngeleknya, Tsubasa malah duduk bersila di situ, tersenyum lagi.

"Kenapa harus pergi? Tempat ini indah, kok. Coba saja hentikan kekuatanmu. Bulan purnama sedang bersinar dengan indah di langit. Aku melihatnya dalam perjalanan pulang tadi"

"Kekuatan? Kekuatan apa? Aku bahkan tidak menggunakan kekuatanku.. "balasnya.
"Di wilayah ini semua orang sudah pergi, dan tak ada satu pun orang yang mau berada di daerah sini" katanya.

Anak itu justru duduk bersila, Sato menoleh lalu berjalan lagi..
"Okay, fine so.. i leave"

"Okay, fine so.. i leave"

"Wait!" Tsubasa menarik tangan Sato yang bersiap pergi. "If there's no one here, why you don't just come with me?" tanya Tsubasa lagi. Tersenyum.

Tsubasa justru menarik tang Sato.

"If there's no one here, why you don't just come with me?"

"Ikut denganmu? Kemana?" Sato memandang dingin Tsubasa. "Apa gunanya aku ikut bersamamu? Tak ada yang akan berbeda, setelah berlalunya waktu maka kau akan pergi juga, lebih baik tidak mengenalmu dari sekarang" Sato melepaskan pegangan Tsubasa *eaa*