Safe the Time~

OOT:Buat Tsubasa ya..(g free for all)
______________________________________________

'DOR!' "satu.."

'DOR!' "dua.."

'DOR!' "tiga..."

Zena..Gadis berambut merah itu dengan gila menembaki satu-satu para laki-laki bermuka jelek di kota yang sebenarnya tak boleh atau tak bisa dimasuki oleh anak seumurannya...
Mau bagaimana lagi? Ia mendapat tugas untuk membunuh sebuah kelompok yakuza terkenal dan termenyeramkan di kota itu....

"Heh! Apa hanya sebatas ini saja kekuatan kalian?" Tanya Zena dengan nada menantang..
Hmm..Apa masih ada komplotan lain ya? Tidak mungkin hanya sebatas ini saja? Batin Zena dengan curiga..
Ia telah diberitahu bos barunya kalau ini adalah mission level "A"..Apanya yang disebut A? Hanya semudah ini... Coba saja tuan masih hidup... batinnya sedih.

"Huahm~~Bosan~Jangan-jangan masih ada komplotan mereka? Baiklah..Akan kutunggu samapai para pengecut itu muncul.." gumam Zena pada dirinya sendiri, ia harus menyelesaikan pekerjaannya apabila ia masih mau hidup..

5 menit kemudian..

"SRAKK! SRAKK!"
Tiba-tiba ada sebuah suara dari Rerumputan di sekitar..Zena segera memegang erat kedua handgunnya..Dengan posisi siap bertarung..

"SERANG!" anggota yakuza itu muncul dari segala arah.
Uhk..Ini terlalu banyak....Mungkin aku harus menggunakan 'itu'Batinnya dengan terpaksa,
ini berarti dia harus menggunakan abilitynya..Kekuatannya... Yang telah ia gunakan selama bertahun-tahun untuk bertahan hidup...

Zena Membayangkan sebuah kotak besar dan mengarahkan tangannya ke para yakuza itu.
"Isolasi" Gumam Zena dengan nada dingin dan sambil tersenyum sadis..

Para yakuza itu tiba-tiba menghilang dari pandangan seperti ditelan bumi..

Tinggal menunggu saja...Semoga tidak ada 'teman' lain yang menyadari..

DEG!
'Di tempat terpencil seperti ini, ada reaksi 'teman'..?' pikir Tsubasa bingung. 'Sebaiknya aku mencarinya sebelum terlambat'
Ctik! Tsubasa langsung menggunakan Windynya, yang segera mengangkat tubuh kecilnya ke angkasa. 'Dimana...' pikirnya bingung, memicingkan matanya. Reaksi 'teman' itu semakin lama semakin kuat.

'Itu dia!' batinnya. Ia mengendalikan anginnya dan terbang rendah, menyamakan posisinya dengan seorang gadis yang tidak ia kenal itu.

"Hei, kamu 'teman' kan? Apa pun kekuatanmu, non-aktifkan!" seru Tsubasa.

DEG! Ada Teman!?
Tiba-tiba ada seorang bocah laki-laki yang terbang menuju ke Zena
Dia!

"Hei, kamu 'teman' kan? Apa pun kekuatanmu, non-aktifkan!"

Haah? Bocah bodoh apa ini? Baru bertemu langsung menyuruh orang..
Batin Zena kaget..

Kira-kira kekuatan apa yang di miliki ya? Kucoba dulu ah~
Batinnya geli..Zena jarang bertemu orang yang lebih muda darinya..Sebenarnya ia tidak terlalu menyukai anak kecil

"Memang kenapa bocah? Kalau aku tidak mau bagaimana?"
Balasnya sambil mengarahkan salah satu handgunnya pada bocah itu

"Memangnya bocah yang sepertimu akan mengerti? Kalu aku menonaktifkan kekuatanku aku akan mati tahu!" Gumamnya pelan entah bocah itu bisa mendengarnya atau tidak.

"Memang kenapa bocah? Kalau aku tidak mau bagaimana?"
"....." sebelum Tsubasa sempat menjawab, tiba-tiba gadis itu menodongkan handgunnya ke arah Tsu. "Kalau tidak mau..." Tsu terlihat berpikir.

'Aku tidak boleh melukai orang. Tidak lagi!!' pikirnya bingung.

"Memangnya bocah yang sepertimu akan mengerti? Kalu aku menonaktifkan kekuatanku aku akan mati tahu!"
Samar-samar, Tsu mendengar gumaman pelan gadis itu. Wajahnya terlihat keras, namun air mukanya pilu. Tsubasa menon-aktifkan kekuatannya sendiri, lalu melangkah ke arah gadis itu. Tsubasa menyentuh wajahnya pelan. Peduli amat dia mau langsung ditembak atau bagaimana. Anak ini memang terkadang super duper nekat!
"Share your pain with me, shall you?" tanya Tsubasa pada gadis itu. "Non-aktifkan, dan aku akan membawamu dari kematian. Aku akan menyelamatkanmu, apapun resikonya untuk diriku." ujarnya, tersenyum.

Anak itu mendekati Zena dan menyentuh wajahnya, "apa-apaan--?!!" Zena menodongkan kedua handgunnya ke arah bocah itu.

"Share your pain with me, shall you?" tanya Tsubasa pada gadis itu. "Non-aktifkan, dan aku akan membawamu dari kematian. Aku akan menyelamatkanmu, apapun resikonya untuk diriku." ujarnya, tersenyum.

"...."
Tanpa sadar Zena merenggangkan pegangan kedua handgunnya dan mulai menitikkan sedikit air mata,

baru pertama kali ini Zena bertemu orang sebodoh dan seceroboh dia, bisa saja Zena membunuhnya dengan mudah sekarang,
tapi entah kenapa tangan Zena tidak bisa bergerak, membeku karena kata-kata yang diucapkan bocah itu.

"Kenapa...?Kenapa kamu mau menyelamatkanku?Kamu tidak takut mati ya?Tidak mungkin aku bisa keluar dari kegelapan ini!!!"Teriak Zena panik, baru pertama kali ia bertemu dengan orang yang berani menyelamatkannya.

Tiba-tiba salah seorang anggota yakuza itu bangun dan mau menyerang Zena, Zena yang sedang tidak waspada tidak meyadarinya.

Tuan...Sebentar lagi aku akan menyusulmu...
Batinnya pasrah,
salahnya sendiri kenapa ia lebih memilih meladeni seorang bocah bodoh daripada menyelesaikan misinya.


----------------------------------------------------------------------

OOT: hehehe... *mode lebay on*

"Kenapa...?Kenapa kamu mau menyelamatkanku?Kamu tidak takut mati ya?Tidak mungkin aku bisa keluar dari kegelapan ini!!!"

"Kenapa yah... Aku sendiri tidak tahu... He..." Tsubasa menggaruk belakang kepalanya yang ngga gatel.

"Mungkin karena semua orang berhak untuk hidup, sebaik atau sejahat apapun dia... Lagipula untuk apa aku takut mati? Bukankah mati adalah jalan yang di tentukan oleh Tuhan? Lalu, kenapa kau tidak bisa keluar dari kegelapan itu? Apa yang menahanmu? Hee... Aku baru saja mengatakan hal yang puitis~ Sato pasti kaget mendengarnya~" ujar Tsubasa, terkekeh gajelas.

Well, ini bukan saatnya untuk chit-chat ngga jelas. Tsubasa yang menyadari bahwa ada seseorang-- er, seseorang? -- yang akan menyerang gadis itu. Dengan sigap ia mendorong gadis itu ke belakangnya, melindunginya. Lalu dengan sekali ayunan tangan, Tsubasa membuat sebuah luka besar yang cukup untuk membunuh orang itu. Well, sebenarnya bisa, tapi Tsubasa menghindari area vital agar orang itu tidak mati.

Zena yang hampir diserang oleh yakuza itu dengan tiba-tiba didorong ke belakang oleh bocah itu,Lalu dengan sekali ayunan tangan,
bocah itu membuat sebuah luka besar yang cukup untuk membunuh orang itu. tapi bocah tersebut menghindari area vital agar orang itu tidak mati.

Zena yang kaget karena tiba-tiba didorong oleh bocah itu tanpa sengaja menjatuhkan foto kakeknya yang sedang bersama dengan 2 orang yang tidak ia kenal,

Zenapun panik dan segera melompat untuk menyelamatkan foto kakek kesayangannya agar tidak terjatuh ke bawah sungai,
well Zena yang pintarpun dapat bertindak nekat jika berhubungan dengan kakeknya,Yuuta Takizawa.
tentu saja, karena kakeknyalah yang bernasip sama dengannya, memiliki kekuatan yang sama degannya, yang juga dibenci dan dibuang oleh kedua orang tuanya.

Uhk...Kenapa hari ini aku sial sekali?!Bertemu bocah tukang ikut campur, hampir terbunuh, foto kakekpun hampir terjatuh, dan sekarang aku sedang berada di perbatasan antara hidup dan mati... Batin Zena kesal. Dalam keadaan seperti ini, Zena masih bisa memikirkan hal-hal lain selain hidup matinya.

Tsubasa tanpa sengaja melihat foto yang dipegang gadis nyolot yang tidak ia kenal itu. "Heii! Itu foto Yuuta-san, Nami-san dan kakek!!" ujar Tsubasa riang. "Di rumah kakek banyak sekali foto mereka! Mereka sahabat yang baik ya? Ada Aoi-san juga~" Tsubasa memang bodoh atau apa, diantara ketegangan seperti ini, masih saja dia mampu berceloteh tentang kakeknya dan sahabat-sahabatnya itu.

Tsubasa menangkap bahwa banyak orang mendekat. "Whew, mendokusee..." gumamnya kesal. "Maaf, bapak-bapak sekalian, jika kalian berani menyentuh gadis itu, saya tidak segan untuk membunuh kalian..." ujar Tsubasa, ekspresinya sangat berbeda dari ekspresinya sebelumnya. Tatapannya menjadi tajam, seringai kejam muncul di wajahnya.

"Heii! Itu foto Yuuta-san, Nami-san dan kakek!!" ujar Tsubasa riang. "Di rumah kakek banyak sekali foto mereka! Mereka sahabat yang baik ya? Ada Aoi-san juga~"

"Hah? Kau kenal Kakek?" Tanyanya heran, Kecurigaannya terhadap bocah itu sedikit berkurang, ternyata ia adalah cucu dari orang yang dipercaya kakek Zena.

Zena mulai memikirkan untuk ikut dengan bocah itu,
tentu saja karena ia percaya bahwa orang pilihan kakeknya adalah orang yang tepat,
well..Apalagi bocah itu adalah orang pertama yang bersikap baik padanya
tapi masih ada sedikit keraguan di pikirannya.

Sebelum Zena sempat berbicara ia menyadari bahwa disekitar mereka berdua mulai berdatangan banya yakuza.

"Whew, mendokusee..." gumam bocah itu kesal. "Maaf, bapak-bapak sekalian, jika kalian berani menyentuh gadis itu, saya tidak segan untuk membunuh kalian..." ujar bocah bodoh itu, ekspresinya sangat berbeda dari ekspresinya sebelumnya. Tatapannya menjadi tajam, seringai kejam muncul di wajahnya.

Keraguan di pikiran Zena segera terhapus,
Apa bisa seorang bocah menangani banyak yakuza seperti itu? Well..Sepertinya kali ini aku yang harus turun tangan..

Zena menggenggam tangan bocah itu dan berkata "Stop"
orang-orang di sekeliling mereka tidak bergerak,mematung seperti batu.

Zena menghadap ke bocah itu "Well..Bisa tolong bantu aku menyingkirkan mereka bocah?" Tanya Zena sambil mulai menembaki para yakuza itu,
kali ini menghindari bagian vital, mungkin tertular bocah bodoh itu.

"Aku akan ikut denganmu setelah membereskan semua orang-orang brengsek ini."
Ujar Zena dengan wajah merah. Zena berubah pikiran? Ini sangat tidak mungkin terjadi.

"Well..Bisa tolong bantu aku menyingkirkan mereka bocah?"
"Just piece of cake~" ujar Tsubasa, menyeringai.

"Aku akan ikut denganmu setelah membereskan semua orang-orang brengsek ini."
"Ikut? Kemana? Kenapa?" tanya Tsubasa bingung. "Well, bagaimana kalau kita selesaikan mereka dulu, lalu ke rumahku untuk minum teh?" tanya Tsubasa, melirik jamnya, "Sebastian pasti sangat marah jika aku tidak pulang..."

Tsubasa lalu memasang pose siaga 1 (wehh, emangnya gempa bumi ==). Menimbang sejenak. 'Jangan terlalu kencang, nanti mereka semua bisa mati...' pikir Tsubasa. "OK! Siap?" tanya Tsubasa pada gadis di sebelahnya itu.

"OK! Siap?" tanya Tsubasa pada gadis di sebelahnya itu.

"Telat bocah!udah mulai dari tadi"Balas Zena sambil sedikit meyeringai, well baru pertama kali Zena menyadari apa artinya hidup.

5 menit kemudian para yakuza itu sudah selesai dibasmi, Zena segera menonaktifkan kekuatannya dan duduk dengan kelelahan.

"Well..Bocah? Siapa namamu? Namaku Takizawa Zena" Tanyanya pada bocah itu, ia mengenalkan dirinya dengan nama aslinya karena sudah percaya pada bocah itu.
"Hehe..Setelah ini kau harus mentraktirku karena sudah membuatku berhenti dari pekerjaanku." Ujarnya sambil tertawa.
Menyenangkan juga, bertarung seperti tadi, tanpa membunuh orang lain..
Zena mulai tertarik dengan kepribadian bocah bodoh itu,
Zenapun berdiri sambil menyarungkan handgunnya ke pinggangnya.
"Kamu mau mengumpulkan para teman untuk membentuk sebuah organisai?" Tanya Zena penasaran, pertama kalinya Zena mengajukan pertanyaan bodoh seperti itu.

"Telat bocah!udah mulai dari tadi"

"Jangan membunuh, jangan jangan jangan..." gumam Tsubasa pada dirinya sendiri. Sret! Sret! Tsubasa mengayunkan tangannya pelan, mengeluarkan kamaitachi yang cukup untuk melukai--namun tidak membunuh--yakuza-yakuza itu, well setidaknya begitulah pemikiran Tsubasa tentang bapak-bapak itu.

"Well..Bocah? Siapa namamu? Namaku Takizawa Zena"
"Wah, ternyata benar! Relasi Yuuta-san. Aku Kanou Tsubasa." ujar Tsubasa.

"Hehe..Setelah ini kau harus mentraktirku karena sudah membuatku berhenti dari pekerjaanku."
"Traktir...? Mau es krim?" tanya Tsubasa santai. Es krim adalah makanan kesukaannya.

"Kamu mau mengumpulkan para teman untuk membentuk sebuah organisai?"
"He? Bagaimana kau tahu? Sepertinya kau semacam cenayang, ya?" tanya Tsubasa, tergelak.

"Traktir...? Mau es krim?"

Mata Zena langsung berbinar-binar mendengar balasan Tsubasa,
tentu saja karena Zena menganggap es krim adalah yang terpenting kedua, yang kesatu tentu saja kakeknya.
"Heh?!! Tentu saja mau!!"Teriak Zena antusias seperti guk-guk

"He? Bagaimana kau tahu? Sepertinya kau semacam cenayang, ya?" tanya Tsubasa, tergelak.

"Tentu saja aku tahu dari gerak-gerikmu itu."Ujar Zena sambil tertawa kecil.

"Boleh aku masuk ke dalam organisasimu itu bocah kecil?" Tanya Zena sambil sedikit menunduk dan menyentuh dagu Tsubasa dengan jari telunjuknya.

"Aku ikut denganmu bos kecil!" Ujar Zena sebelum Tsubasa sempat menjawab sambil membersihkan debu di roknya ia menarik tangan penyelamat kecilnya dan berlari meninggalkan tempat itu.

[OUT with Tsu]

_______________________________

OOT: Rep dulu~ baru OUT

"Heh?!! Tentu saja mau!!"
"Baiklah, ayo!" ujar Tsubasa, tersenyum kecil.

"Boleh aku masuk ke dalam organisasimu itu bocah kecil?"
"Aku ikut denganmu bos kecil!"
"Ah eh! Tungguuu!!!!" Tsubasa yang kecil hanya bisa pasrah ditarik seperti itu.

[OUTyy~]